Tentang budi pekerti, Ki Hadjar
Dewantara menegaskan bahwa keluarga mempunyai peran yang sangat istimewa. Anak
akan mendapatkan teladan dan tuntunan dari orang dewasa ketika ia berada di
tengah keluarga. Dalam keluarga terjadi interaksi yang intens sehingga ada
proses belajar di sana. Sudah tentu kematangan sosial dan emosional menjadi
sebuah syarat mutlak agar anak mendapat kesempatan belajar di tengah keluarga.
Kematangan sosial dan emosional pada orang dewasa terlebih dahulu dan kemudian
kematangan sosial dan emosional pada anak-anak.
Peserta didik biasanya merasa
berbeda ketika berada di sekolah. Walaupun dalam beberapa kasus, peserta didik merasa nyaman di sekolah, tetapi secara umum peserta didik lebih merasa
nyaman dan diterima di rumah mereka masing-masing. Kehadiran orang-orang
terdekat sebagai anggota keluarga di rumah, merupakan kondisi yang membuat
peserta didik merasa nyaman. Cinta dan penerimaan dari anggota keluarga membuat
rumah menjadi tempat yang menyenangkan.
Adalah sebuah tantangan bagi pihak
sekolah untuk menciptakan suasana yang nyaman bagi peserta didik, agar peserta
didik merasa seperti di rumah masing-masing. Memang musti diakui bahwa ada banyak
peserta didik mengalami bahwa di sekolah mereka seolah tidak dimengerti, tidak
dipahami, diberi tugas yang membebani, dan berbagai keadaan tak menyenangkan
lainnya sehingga mereka merasa tidak nyaman. Pengalaman seperti itu membuat
peserta didik menjadi kurang produktif dalam pembelajaran.
Lingkungan sekolah yang berpihak
kepada peserta didik adalah pilihan yang sejatinya diupayakan oleh setiap warga
sekolah. Untuk mewujudkan lingkungan yang diharapkan seperti itu, perlu
strategi. Salah satu strategi penting yang bisa dipilih adalah penerapan
pembelajaran sosial dan emosional. Memang perlu waktu yang tidak singkat untuk
mewujudkan lingkungan sekolah yang berpihak pada peserta didik. Ada proses
panjang yang diperlukan untuk mewujudkan keadaan tersebut.
Pembelajaran sosial dan emosional adalah
praktik yang didasarkan pada kesadaran penuh. Dengan kesadaran penuh, respon
akan lebih maksimal. Pembelajaran sosial dan emosional yang didasarkan pada
kesadaran penuh menjadi solusi penting sekaligus menjadi strategi yang dapat
membantu pihak sekolah untuk mewujudkan lingkungan yang menyenangkan bagi
peserta didik. Pembelajaran sosial dan emosional di satu pihak membantu peserta
didik untuk dapat mengembangkan kompetensi emosional dan sosial mereka; tetapi
di sisi lain juga membantu orang dewasa (para guru) untuk mengelola emosi; terutama
mengelola stres yang disebabkan oleh beban kerja maupuan beban kehidupan yang
begitu banyak.
Kesadaran penuh (mindfullnes) adalah keadaan yang sangat diperlukan
demi meningkatkan fokus dan tidak menghabiskan energi pada hal-hal lain yang
tidak perlu. Kesadaran penuh adalah keadaan pikiran yang terbebas dari
kecemasan akan masa depan dan juga terbebas dari penyesalan akan masa lalu.
Konsekuensinya, pikiran akan dibantu untuk fokus pada apa yang sementara dilakukan
atau sementara dikerjakan. Implikasinya, produktifitas akan meningkat secara
signifikan.
Sebagai sebuah strategi, pembelajaran
sosial dan emosional adalah sebuah usaha kolaboratif yang dilakukan oleh
seluruh warga sekolah. Artinya, keberhasilan pembelajaran sosial dan emosional
ditentukan oleh semangat yang sama dari segenap warga komunitas sekolah.
Pembelajaran sosial dan emosional dapat membantu semua warga sekolah untuk
mencapai kematangan emosional dan juga dapat menempatkan diri pada cara
berelasi yang tepat dengan orang lain.
Dari sisi
tujuan, pembelajaran sosial dan emosional sangat istimewa karena memberikan
pemahaman, penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi, juga untuk membantu
mencapai tujuan-tujuan yang positif. Pembelajaran sosial dan emosional membantu
juga untuk meningkatkan kesadaran sosial sehingga setiap individu dapat
membangun hubungan yang positif dengan orang lain serta dapat mempertahankan
hubungan itu. Istimewanya, pembelajaran sosial dan emosional membantu peserta
didik untuk menentukan keputusan-keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Sangat menarik karena
pembelajaran sosial dan emosional dapat diimplementasikan dalam berbagai
pilihan cara. Yang paling memungkinkan adalah dengan diintegrasikan pada
kegiatan pembelajaran di kelas. Cara ini sangat menantang karena diperlukan kecakapan
tertentu. Memang praktik pembelajaran sosial dan emosional yang terintegrasi
pada kegiatan pembelajaran mengandung tantangan tersendiri. Namun, bila semua
warga sekolah sepakat untuk secara kolaboratif menjalankan praktik ini, hasilnya
pasti akan sangat memuaskan. Keadaan lingkungan sekolah yang berpihak pada
peserta didik dapat segera diwujudkan. Bentuk-bentuk implementasi pembelajaran
sosial dan emosional dapat ditentukan secara mandiri oleh guru maupun pihak
sekolah. Yang pasti, apapun model implementasinya harus sejalan bersama seluruh
anggota komunitas sekolah.
Keyakinan yang
ada di balik penerapan pembelajaran sosial dan emosional adalah apapun yang
dialami oleh peserta didik akan menjadi bahan pelajaran berharga. Contohnya,
apabila peserta didik merasa diterima, ia akan juga belajar untuk bisa menerima
orang lain. Apabila peserta didik merasa dihargai, ia juga akan belajar untuk
menghargai orang lain. Empati adalah salah satu hal yang sangat ditekankan
dalam pembelajaran sosial dan emosional. Dengan empati, peserta didik dibantu
untuk bisa turut memiliki perasaan dan pengalaman orang lain.
Dengan memahami
diri sendiri dan orang lain, peserta didik mendapatkan keterampilan sekaligus
pengetahuan untuk bisa berelasi dengan orang lain. Inilah kompetensi yang tidak
kalah pentingnya yang bisa diperoleh melalui pembelajaran sosial dan emosional.
Dengan memahami perasaan orang, peserta didik mendapat kemampuan untuk menjalin
kerja sama dengan orang lain, juga mendapat keterampilan untuk memecahkan
persoalan-persoalan, dan menghindari konflik-konflik yang sebetulnya tidak
terlalu penting dan justru sangat menguras energi.
Kematangan emosi
sangat berpengaruh pada keputusan-keputusan yang diambil. Karena belum memiliki
kematangan emosional, ada kecenderungan peserta didik membuat
keputusan-keputusan yang tidak tepat. Kemampuan mengambil keputusan yang
bertanggung jawab dapat dilatih secara konsisten. Kemampuan ini tidak datang secara
alami. Karena kemampuan ini adalah kompetensi yang dihasilkan dari proses latihan
yang berkelanjutan, maka pembelajaran sosial dan emosional dapat menjadi
kesempatan baik untuk mengembangkan keterampilan dalam mengambil keputusan secara
bertanggung jawab.
Adalah peluang bagi seluruh komunitas sekolah untuk menjadikan pembelajaran sosial dan emosional sebagai cara mewujudkan lingkungan sekolah yang berpihak pada peserta didik. Menjadikan sekolah senyaman rumah bukan hal yang tidak mungkin. Yang diperlukan hanyalah kolaborasi serta komitmen segenap warga sekolah. Menerapkan pembelajaran sosial dan emosional akan membangun kompetensi emosional dan sosial dari para peserta didik; sekaligus membantu guru-guru, sebagai orang dewasa untuk mengelola emosi sehingga rutinitas pekerjaan sehari-hari menjadi hal yang menyenangkan. Pada akhirnya, pembelajaran sosial dan emosional dapat mengembangkan produktivitas. Peserta didik menjadi produktif dalam belajar, dan guru menjadi produktif untuk membantu peserta didik belajar. (oleh Novie N. J. Rompis)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar