Senin, 31 Januari 2011

Resume Karya Tulis Filsafat Sains:



PERKEMBANGAN SAINS SEBAGAI SUATU PROSES REVOLUSI
(STUDI FILSAFAT SAINS THOMAS KUHN)
Oleh Novie N.J. Rompis

Telah sejak lama para filsuf memberi perhatian terhadap upaya penelusuran secara kritis tentang sains secara keseluruhan. Perhatian yang besar tersebut berkembang seiring dengan kesadaran akan pentingnya self-correcting dalam sains sebagai “pelayan” umat manusia. Tujuannya tidak lain adalah untuk menunjukkan kesejajaran antara observasi-observasi objektif dan teori-teori yang disusun atasnya. Tujuan tersebut mendapatkan pendasaran yang original sejak pencanangan proyek sains sebagai penghasil pengetahuan manusia tentang dunia  natural atau tentang alam riil. Karena itu upaya para filsuf dalam mengevaluasi sains secara kritis selalu bertolak dari sistem sains itu sendiri; yang mencakup keseluruhan struktur dasariahnya. Beberapa komponen yang membentuk struktur dasariah dari sains adalah: (1) Data atau kumpulan informasi tentang proses-proses fisik; (2) Teori-teori. Jenis teori secara umum dibedakan atas dua jenis yaitu teori fenomenologis yang berbentuk generalisasi-generalisasi empiris tentang data atau biasa disebut hukum-hukum sains, hukum-hukum fisikal, atau hukum-hukum alam dan teori penjelasan yang bertugas untuk menjelaskan observasi-observasi. Jenis teori yang kedua ini lebih berkonsentrasi pada upaya untuk menjawab pertanyaan “Why data exist?”; (3) Pembentukan prinsip-prinsip dalam rangka memberikan evaluasi terhadap bukti-bukti empiris untuk memilih teori; dan (4) Metode sains.
Metode sains merupakan komponen yang paling mengundang banyak perhatian dari para filsuf. Perhatian yang besar tersebut dikondisikan oleh adanya pandangan tradisional bahwa sains sebagai sebuah bentuk pengetahuan manusia harus dipandang sebagai sesuatu yang objektif secara sempurna, rasional dan empiris. Pandangan tradisional ini melahirkan prinsip tak tergoyahkan dalam sains bahwa teori-teori dan hukum-hukum sains haruslah tertuju pada atau upaya peneguhan atau upaya untuk menyatakan salah dari generalisasi-generalisasi empiris tentang data (teori-teori). Prinsip inilah yang dianggap sebagai sumber pendasaran proses kerja sains yang paling teliti dan tepat.
Prinsip itu melahirkan sederetan tesis dalam perjalanan sejarah pencarian metode sains yang paling valid. Dapat disebutkan beberapa tesis yang dimaksud yakni: Baconian-inductivism (awal abad ke 17), Hypothetico-deductivism (yang mulai diperkenalkan oleh Isaac Newton pada akhir tahun 1600-an), Positivisme dan verifikasi pada lingkungan Wina (era 1920-an), dan Popperian-falsification. Beberapa sekolah dengan tesisnya masing-masing itu mempunyai warna positivisme karena mencurahkan seluruh perhatiannya pada upaya penentuan validitas suatu teori ilmiah.
Sampai pada Popper jawaban tentang pertanyaan bagaimana sains bertumbuh dan berkembang belum dapat dijawab secara memuaskan. Hal ini disebabkan karena para filsuf membatasi refleksi mereka pada upaya untuk menentukan kriteria validitas teori-teori yang ada dalam dunia sains. Tampilnya Thomas Kuhn dengan tesis fundamentalnya tentang revolusionisme (yang mulai menggema seiring dengan terbitnya buku yang ditulisnya: The Structure of Scientific Revolutions) membuka zaman baru dalam filsafat sains. Bersama dengan beberapa tokoh sezamannya, Kuhn membentuk generasi baru dalam filsafat sains. Kalau begitu, kita akhirnya sampai pada pertanyaan kritis: “Apakah keistimewaan Kuhn dan tesisnya sehingga dikatakan bahwa ia membentuk generasi baru atau membuka babakan baru dalam filsafat sains?”.
Jawaban atas pertanyaan tersebut dapat ditemukan dalam penegasan Kuhn sendiri bahwa sains berkembang melalui revolusi-revolusi. Poin penting dalam penegasan Kuhn itu yakni sains mengalami perkembangan dan ia tidak berkembang melalui suatu proses akumulasi yang ketat. Dalam rangka itu, Kuhn dalam tesisnya memberikan perhatian pada apa yang disebutnya paradigm-shift. Sebagai seorang akademisi yang awalnya berkecimpung dalam dunia fisika, Kuhn banyak mengacu pada bidang ilmu yang dimaksud. Yang dimaksud Kuhn bahwa sains berkembang melalui proses revolusi menjadi sangat jelas dalam skema perkembangan sains yang dibuatnya. Menurutnya, sains berkembang melalui suatu rangkaian yang tak pernah berhenti melalui tahapan: pre-sains - normal sains - krisis sains - revolusi sains - normal sains baru.
Pemikiran Kuhn merupakan sebuah pendekatan alternatif terhadap sains, metode dan perkembangannya. Di dalam pemikirannya, gagasan tentang revolusi memperoleh tempat yang sangat sentral. Menurut Kuhn, normal sains merupakan syarat mutlak bagi revolusi. Normal sains merupakan tahap lanjutan dimana aktivitas-aktivitas sains partikular yang belum terorganisir (pre-sains) “disatukan” atau “dipimpin” oleh paradigma unggulan. Normal sains itu bersifat konservatif dan para ilmuwan di dalamnya mendedikasikan riset mereka untuk pemecahan masalah-masalah yang sama. Tetapi seiring dengan perguliran waktu akan muncul anomali-anomali yang mengesankan bahwa sepertinya tidak ada jalan untuk mengatasinya. Keadaan ini oleh Kuhn disebut sebagai sebuah krisis dalam normal sains. Krisis dalam normal sains ini hanya bisa diselesaikan melalui penyegaran atau revisi terhadap materi-materi dan teori-teori secara lengkap dan menyeluruh. Revisi seperti itulah yang mengkondisikan munculnya revolusi dalam sains.
Menurut Kuhn, suatu normal sains dikarakteristikkan oleh eksistensi sebuah paradigma. Paradigma dalam pemikiran Kuhn dibedakan atas dua pemahaman yakni, paradigma sebagai capaian dan paradigma sebagai rangkaian nilai-nilai (dalam hal ini paradigma berarti metode-metode, standar-standar, dan generalisasi-generalisasi yang diberikan oleh mereka yang mencoba untuk meneruskan riset berdasarkan model paradigma sebagai suatu hasil capaian). Menurut Kuhn, sains bukanlah suatu kumulasi yang ketat karena paradigma (dalam kedua artinya) menentukan jenis-jenis pertanyaan mana dan jawaban-jawaban mana yang layak dan relevan. Menurutnya, dengan munculnya paradigma baru, jawaban-jawaban yang disajikan oleh paradigma lama menjadi tidak relevan sehingga paradigma lama tidak berfungsi lagi. Jawaban-jawaban yang disajikan oleh paradigma lama tidak menjadi sesuatu yang penting lagi atau mungkin menjadi sesuatu yang tidak dapat dipahami lagi. Menurut Kuhn, setiap paradigma baru menyodorkan jalan yang baru juga dalam usaha untuk melihat hal-hal atau aspek-aspek tertentu dari dunia.
Dengan skema perkembangan sains yang disusunnya, Kuhn berhasil merepresentasikan pemikiran antologi bahwa isi dari sebuah sains dan metode-metode dari pertimbangan dan riset berhubungan secara integral dengan perkembangan historisnya. Kuhn menolak anggapan bahwa sains merupakan sebuah hasil akumulasi. Ia menolak sebuah perbedaan yang tajam antara teori dan observasi karena hal-hal yang kita perhatikan serta cara-cara yang kita lihat merupakan hasil determinasi dari model-model dan masalah-masalah yang sudah ada lebih dahulu. Menurutnya, pastilah selalu ada waktunya observasi-observasi mendukung atau menemukan dasar-dasar dari sebuah teori.
Rupanya tesis Kuhn tentang revolusionisme memang menarik karena ia secara berhasil telah mengakhiri era kekecewaan dalam pendekatan terhadap perkembangan dan metode sains sebelumnya. Sampai pada Popper, pendekatan sains masih bernuansa positivistik karena segala usaha pendekatan kritis terhadap sains masih berotak-atik pada upaya penentuan valid tidaknya teori-teori ilmiah. Revolusionisme Kuhn berhasil menunjukkan titik-titik esensial dalam perkembangan sains. Metodenya juga sangat unggul karena dengannya sains telah mendapatkan wajah baru. Yang dimaksud yaitu sains tidak lagi menjadi sesuatu yang tertutup melainkan ia lebih membuka diri terhadap lingkungan yang lebih luas lagi. Kata kuncinya, sains lebih bersifat sosial.
Karena dalam tesis Kuhn sains lebih bersifat sosial maka kita dapat menerapkan gagasan-gagasan Kuhn tersebut dalam bidang-bidang lain. Penerapan gagasan-gagasan Kuhn dalam bidang-bidang lain bertolak dari beberapa kekuatan dan poin-poin penting dalam revolusionismenya. Namun demikian, dalam menerapkan gagasan Kuhn kita harus berhati-hati. Paling kurang harus ada kesadaran bahwa: (1) Kuhn sendiri membatasi tesisnya pada ilmu alamiah (mature science) dan secara eksplisit menolak acuan-acuan pada ilmu-ilmu sosial; (2) adanya kritik yang luas terhadap posisi pemikiran Kuhn. Karena itu gagasan-gagasan Kuhn hanya dapat dijadikan hipotesis kerja. Sebagai hipotesis kerja atau kerangka acuan kerja, tesis Kuhn telah dengan sangat berhasil mampu menyingkapkan dan mengeksplisitkan banyak hal dalam bidang-bidang lain yang hanya diketahui secara implisit. 

*********

Tidak ada komentar:

Posting Komentar