Guru
setiap hari berhadapan dengan keberagaman yang banyak bentuknya. Secara umum,
setiap hari guru memiliki tugas untuk menyelesaikan masalah para peserta didik
yang bervariasi dari sisi karakter, kemampuan maupun kesukaannya. Secara
khusus, di dalam kelas guru ditantang untuk mengenali secara mendalam setiap
peserta didiknya. Guru bukan saja harus mengenali nama atau tempat tinggal
peserta didik tetapi guru dituntut memiliki pengenalan yang lebih mendalam
terhadap pribadi peserta didik. Di kelas, guru mengenali siapa peserta
didik-nya yang suka berbicara, siapa yang lebih memilih untuk diam saja, siapa
yang suka bekerja kelompok, siapa yang justru menghindari kerja kelompok, siapa
yang suka menulis, bahkan siapa yang perlu dilatih lagi dalam keterampilan
menulis; dan masih banyak keragaman lain yang mengesankan bahwa setiap individu
peserta didik itu unik dan istimewa.
Pertanyaan
yang muncul, ”apakah tugas guru berhenti sesudah membuat pengamatan dan
mengenali setiap peserta didiknya?” Sudah tentu masih ada tugas lanjutan yang
perlu dituntaskan oleh guru sesudah mengenali masing-masing peserta didik.
Tugas besar itu adalah memastikan bahwa setiap peserta didik di kelas dapat
sukses dalam proses belajarnya.
Corak
kelas akan sangat istimewa dengan komposisi peserta didik yang beragam. Bagaimana
mungkin guru bisa mengakomodasi kebutuhan belajar peserta didik di kelas dengan
keberagaman yang seperti itu? Sebuah pertanyaan kritis yang sering muncul
ketika guru dituntut untuk mampu memberi layanan pembelajaran yang maksimal
terhadap setiap peserta didik di kelas. Salah satu solusi yang relevan untuk
menjawab persoalan ini adalah guru menerapkan pembelajaran berdiferensiasi.
Pembelajaran berdiferensiasi adalah solusi untuk memenuhi kebutuhan belajar
masing-masing individu peserta didik.
Apa
itu pembelajaran berdiferensiasi? Pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha
untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan
belajar individu setiap peserta didik. Tentang kebutuhan belajar peserta didik,
dapat dibuat kategori sebagai mapping,
yaitu berdasarkan tiga aspek: kesiapan belajar peserta didik, minat peserta
didik, dan berdasarkan profil belajar peserta didik (Tomlinson-2001).
Guru pasti tahu bahwa peserta didik akan menunjukkan
kinerja yang lebih baik jika tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan
keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki sebelumnya (kesiapan belajar).
Lalu jika tugas-tugas tersebut memicu keingintahuan atau hasrat dalam diri
seorang murid (minat), dan jika tugas itu memberikan kesempatan bagi mereka
untuk bekerja dengan cara yang mereka sukai (profil belajar).
Bagaimana
pembelajaran berdiferensiasi dapat dipraktikkan di kelas? Pada prinsipnya
ketika berada di dalam kelas, setidaknya guru berurusan dengan tiga elemen kurikulum
yaitu: konten (berhubungan dengan
hal apa yang hendak dipelajari oleh peserta didik; proses (tentang cara yang disiasati oleh guru untuk menghubungkan
peserta didik dengan ide-ide yang hendak dipahami atau informasi yang hendak
diinternalisasi -pada bagian proses, guru mengembangkan cara yang sesuai bagi
peserta didik -ini berkaitan dengan pertanyaan bagaimana peserta didik bisa memahami konten); dan produk (biasanya dikenal dengan istilah
output -berkaitan dengan bagaimana peserta
didik mendemonstrasikan apa yang telah pelajarinya.
Pembedaan
elemen-elemen seperti yang sudah disebutkan terlebih dahulu itu, membantu guru
untuk membuat strategi-strategi pendekatan yang berbeda untuk memenuhi
kebutuhan belajar masing-masing individu peserta didik. Strategi-strategi yang
dikembangkan akan membantu peserta didik dengan tawaran tentang apa yang akan
dipelajari oleh peserta didik, bagaimana cara peserta didik mempelajarinya, dan
yang tidak kalah pentingnya yaitu bagaimana peserta didik menunjukkan apa yang
telah mereka berhasil pelajari.
Pada
prinsipnya guru dapat melakukan modifikasi diferensiasi untuk tiga elemen yang
ada. Guru dapat membuat modifikasi pada konten atau juga pada proses mapun pada
produk. Tetapi tetap terbuka kemungkinan bagi guru untuk membuat diferensiasi
pada ketiga elemen itu sekaligus. Diferensiasi pada tiga elemen itu sejatinya
bertujuan untuk mendorong pertumbuhan semua peserta didik dalam usaha mereka
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dan untuk memajukan atau
meningkatkan proses pembelajaran baik untuk kelas secara keseluruhan maupun
untuk peserta didik secara individu
Masih
ada pertanyaan reflektif yang muncul yakni tentang bagaimana pembelajaran
berdiferensiasi dapat memenuhi kebutuhan belajar peserta didik dan membantu peserta didik mencapai hasil belajar secara optimal. Pembelajaran berdiferensiasi bertolak
dari anggapan bahwa pembelajaran yang berhasil punya indikasi bahwa peserta
didik terlibat, pembelajaran relevan dengan peserta didik dan tentunya
prosesnya menarik bagi peserta didik. Anggapan yang ada itu membawa konsekuensi
yakni tidak semua peserta didik dapat dibantu dengan cara yang sama untuk
belajar sehingga mereka dapat terlibat, menemukan relevansi pembelajara dan
menarik perhatian mereka.
Pembelajaran
berdiferensiasi mempunyai keunggulan karena mengakui bahwa pengetahuan,
keterampilan, dan pemahaman pada peserta didik harus dibangun di atas pengetahuan, keterampilan,
dan pemahaman sebelumnya (fakta: tidak semua peserta didik memiliki kesiapan belajar yang sama). Dengan pemahaman ini,
pembelajaran berdiferensiasi mengisyaratkan bahwa guru seharusnya menyodorkan
pengalaman belajar yang tepat; meskipun di kelas ada keragaman tingkatan bakat
akademik pada peserta didiknya. Pengalaman belajar yang tepat juga mengikuti
pengalaman yang menantang sehingga semua peserta didik mempunyai pengalaman
belajar yang sama bermakna. Guru harus mempunyai kesadaran bahwa tidak semua
gagasan mampu dicerna merata oleh semua peserta didik. Guru juga harus
menyadari bahwa kadang kala ada tugas yang tidak menantang bagi beberapa
peserta didik, bisa jadi justru sangat sulit untuk peserta didik lainnya. Guru
memakai ukuran peserta didik, dan bukan ukurannya sebagai seorang guru.
Nilai
terdalam dari praktik pembelajaran berdiferensiasi adalah: peserta didik dan
guru sama-sama pembelajar. Barangkali guru memang tahu lebih banyak tentang konten
yang hendak dikuasai oleh peserta didik. Tetapi guru tetap menjadi pribadi
pembelajar karena akan terus berefleksi tentang cara yang sesuai sehingga bisa
membantu peserta didik menguasai konten itu. Pembelajaran berdiferensiasi memungkinkan
guru dan peserta didik saling berkolaborasi untuk sama-sama berkembang.
Selanjutnya guru akan membuat pemantauan untuk mengetahui tingkat kecocokan
antara kebutuhan belajar peserta didik dan proses yang sudah dilakukan. Sebagai
langkah lanjutan, guru akan terus membuat penyesuaian-penyesuaian yang
dibutuhkan.
Sebagai
sebuah pendekatan, pembelajaran berdiferensiasi tentu menjadi tepat pada guru
yang tepat. Artinya, apapun pendekatan pembelajaran yang dipilih oleh seorang
guru harus dibarengi dengan tanggung jawab penerapan pilihan itu. Hal itu tentu
bisa diukur dengan capaian belajar peserta didik yang meningkat. Harus ada
peningkatan atau kesuksesan dalam proses belajar peserta didik. Peserta didik
yang sukses belajar bukan tentunya diukur dari kemampuan ensiklopedisnya tetapi
diukur pada kemampuan kreativitas dan inovasi, kemampuan berkolaborasi,
kemampuan berkomunikasi, serta kemampuan untuk berpikir kritis yaitu berorientasi
pada pemecahan masalah.
Demikianlah
guru perlu mahir membuat refleksi-refleksi sehingga guru dapat mengembangkan
strategi-strategi pembelajarannya. Dengan refleksi, guru dapat mengembangkan
kapasitas dan kompetensi diri demi membantu peserta didik mencapai sukses
belajar. Refleksi adalah aktivitas penting yang dapat memberikan guru informasi
tentang sejauh mana peserta didik telah menunjukkan kemajuan dalam belajar, dan
menjadi bagian yang penting untuk menentukan strategi yang akan dilakukan dalam
pembelajaran selanjutnya. Dalam konteks visi pendidikan di negeri kita, pengembangan-pengembangan ini dimaksudkan untuk
mewujudkan profil Pelajar Pancasila, yakni pelajar Indonesia sebagai
pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila, dengan ciri utama: beriman, bertakwa kepada Tuhan
YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri,
bernalar kritis, dan kreatif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar