Selasa, 09 November 2021

PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI: SEBUAH SOLUSI UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN BELAJAR INDIVIDUAL PESERTA DIDIK (oleh NOVIE N. J. ROMPIS)

Guru setiap hari berhadapan dengan keberagaman yang banyak bentuknya. Secara umum, setiap hari guru memiliki tugas untuk menyelesaikan masalah para peserta didik yang bervariasi dari sisi karakter, kemampuan maupun kesukaannya. Secara khusus, di dalam kelas guru ditantang untuk mengenali secara mendalam setiap peserta didiknya. Guru bukan saja harus mengenali nama atau tempat tinggal peserta didik tetapi guru dituntut memiliki pengenalan yang lebih mendalam terhadap pribadi peserta didik. Di kelas, guru mengenali siapa peserta didik-nya yang suka berbicara, siapa yang lebih memilih untuk diam saja, siapa yang suka bekerja kelompok, siapa yang justru menghindari kerja kelompok, siapa yang suka menulis, bahkan siapa yang perlu dilatih lagi dalam keterampilan menulis; dan masih banyak keragaman lain yang mengesankan bahwa setiap individu peserta didik itu unik dan istimewa.

Pertanyaan yang muncul, ”apakah tugas guru berhenti sesudah membuat pengamatan dan mengenali setiap peserta didiknya?” Sudah tentu masih ada tugas lanjutan yang perlu dituntaskan oleh guru sesudah mengenali masing-masing peserta didik. Tugas besar itu adalah memastikan bahwa setiap peserta didik di kelas dapat sukses dalam proses belajarnya.

Corak kelas akan sangat istimewa dengan komposisi peserta didik yang beragam. Bagaimana mungkin guru bisa mengakomodasi kebutuhan belajar peserta didik di kelas dengan keberagaman yang seperti itu? Sebuah pertanyaan kritis yang sering muncul ketika guru dituntut untuk mampu memberi layanan pembelajaran yang maksimal terhadap setiap peserta didik di kelas. Salah satu solusi yang relevan untuk menjawab persoalan ini adalah guru menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi adalah solusi untuk memenuhi kebutuhan belajar masing-masing individu peserta didik.

Apa itu pembelajaran berdiferensiasi? Pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap peserta didik. Tentang kebutuhan belajar peserta didik, dapat dibuat kategori sebagai mapping, yaitu berdasarkan tiga aspek: kesiapan belajar peserta didik, minat peserta didik, dan berdasarkan profil belajar peserta didik (Tomlinson-2001).

Guru pasti tahu bahwa peserta didik akan menunjukkan kinerja yang lebih baik jika tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki sebelumnya (kesiapan belajar). Lalu jika tugas-tugas tersebut memicu keingintahuan atau hasrat dalam diri seorang murid (minat), dan jika tugas itu memberikan kesempatan bagi mereka untuk bekerja dengan cara yang mereka sukai (profil belajar).

Bagaimana pembelajaran berdiferensiasi dapat dipraktikkan di kelas? Pada prinsipnya ketika berada di dalam kelas, setidaknya guru berurusan dengan tiga elemen kurikulum yaitu: konten (berhubungan dengan hal apa yang hendak dipelajari oleh peserta didik; proses (tentang cara yang disiasati oleh guru untuk menghubungkan peserta didik dengan ide-ide yang hendak dipahami atau informasi yang hendak diinternalisasi -pada bagian proses, guru mengembangkan cara yang sesuai bagi peserta didik -ini berkaitan dengan pertanyaan bagaimana peserta didik bisa memahami konten); dan produk (biasanya dikenal dengan istilah output -berkaitan dengan bagaimana peserta didik mendemonstrasikan apa yang telah pelajarinya.

Pembedaan elemen-elemen seperti yang sudah disebutkan terlebih dahulu itu, membantu guru untuk membuat strategi-strategi pendekatan yang berbeda untuk memenuhi kebutuhan belajar masing-masing individu peserta didik. Strategi-strategi yang dikembangkan akan membantu peserta didik dengan tawaran tentang apa yang akan dipelajari oleh peserta didik, bagaimana cara peserta didik mempelajarinya, dan yang tidak kalah pentingnya yaitu bagaimana peserta didik menunjukkan apa yang telah mereka berhasil pelajari.

Pada prinsipnya guru dapat melakukan modifikasi diferensiasi untuk tiga elemen yang ada. Guru dapat membuat modifikasi pada konten atau juga pada proses mapun pada produk. Tetapi tetap terbuka kemungkinan bagi guru untuk membuat diferensiasi pada ketiga elemen itu sekaligus. Diferensiasi pada tiga elemen itu sejatinya bertujuan untuk mendorong pertumbuhan semua peserta didik dalam usaha mereka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dan untuk memajukan atau meningkatkan proses pembelajaran baik untuk kelas secara keseluruhan maupun untuk peserta didik secara individu

Masih ada pertanyaan reflektif yang muncul yakni tentang bagaimana pembelajaran berdiferensiasi dapat memenuhi kebutuhan belajar peserta didik dan membantu peserta didik mencapai hasil belajar secara optimal. Pembelajaran berdiferensiasi bertolak dari anggapan bahwa pembelajaran yang berhasil punya indikasi bahwa peserta didik terlibat, pembelajaran relevan dengan peserta didik dan tentunya prosesnya menarik bagi peserta didik. Anggapan yang ada itu membawa konsekuensi yakni tidak semua peserta didik dapat dibantu dengan cara yang sama untuk belajar sehingga mereka dapat terlibat, menemukan relevansi pembelajara dan menarik perhatian mereka. 

Pembelajaran berdiferensiasi mempunyai keunggulan karena mengakui bahwa pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman pada peserta didik harus  dibangun di atas pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman sebelumnya (fakta: tidak semua peserta didik memiliki kesiapan  belajar yang sama). Dengan pemahaman ini, pembelajaran berdiferensiasi mengisyaratkan bahwa guru seharusnya menyodorkan pengalaman belajar yang tepat; meskipun di kelas ada keragaman tingkatan bakat akademik pada peserta didiknya. Pengalaman belajar yang tepat juga mengikuti pengalaman yang menantang sehingga semua peserta didik mempunyai pengalaman belajar yang sama bermakna. Guru harus mempunyai kesadaran bahwa tidak semua gagasan mampu dicerna merata oleh semua peserta didik. Guru juga harus menyadari bahwa kadang kala ada tugas yang tidak menantang bagi beberapa peserta didik, bisa jadi justru sangat sulit untuk peserta didik lainnya. Guru memakai ukuran peserta didik, dan bukan ukurannya sebagai seorang guru.

Nilai terdalam dari praktik pembelajaran berdiferensiasi adalah: peserta didik dan guru sama-sama pembelajar. Barangkali guru memang tahu lebih banyak tentang konten yang hendak dikuasai oleh peserta didik. Tetapi guru tetap menjadi pribadi pembelajar karena akan terus berefleksi tentang cara yang sesuai sehingga bisa membantu peserta didik menguasai konten itu. Pembelajaran berdiferensiasi memungkinkan guru dan peserta didik saling berkolaborasi untuk sama-sama berkembang. Selanjutnya guru akan membuat pemantauan untuk mengetahui tingkat kecocokan antara kebutuhan belajar peserta didik dan proses yang sudah dilakukan. Sebagai langkah lanjutan, guru akan terus membuat penyesuaian-penyesuaian yang dibutuhkan.

Sebagai sebuah pendekatan, pembelajaran berdiferensiasi tentu menjadi tepat pada guru yang tepat. Artinya, apapun pendekatan pembelajaran yang dipilih oleh seorang guru harus dibarengi dengan tanggung jawab penerapan pilihan itu. Hal itu tentu bisa diukur dengan capaian belajar peserta didik yang meningkat. Harus ada peningkatan atau kesuksesan dalam proses belajar peserta didik. Peserta didik yang sukses belajar bukan tentunya diukur dari kemampuan ensiklopedisnya tetapi diukur pada kemampuan kreativitas dan inovasi, kemampuan berkolaborasi, kemampuan berkomunikasi, serta kemampuan untuk berpikir kritis yaitu berorientasi pada pemecahan masalah.

Demikianlah guru perlu mahir membuat refleksi-refleksi sehingga guru dapat mengembangkan strategi-strategi pembelajarannya. Dengan refleksi, guru dapat mengembangkan kapasitas dan kompetensi diri demi membantu peserta didik mencapai sukses belajar. Refleksi adalah aktivitas penting yang dapat memberikan guru informasi tentang sejauh mana peserta didik telah menunjukkan kemajuan dalam belajar, dan menjadi bagian yang penting untuk menentukan strategi yang akan dilakukan dalam pembelajaran selanjutnya. Dalam konteks visi pendidikan di negeri kita, pengembangan-pengembangan ini dimaksudkan untuk mewujudkan profil Pelajar Pancasila, yakni pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dengan ciri utama: beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar