Hampir tidak ada satu ruas jalan-pun di negeri ini
yang luput dari hiruk-pikuk kendaraan yang berlalu-lalang setiap harinya.
Jumlah kendaraan bermotor yang makin hari kian bertambah menjadi masalah
serius, tidak terkecuali di daerah pedesaan. Masalah yang satu ini makin
diperparah dengan banyak sekali iring-iringan kendaraan yang menggunakan jasa
Voorijder (disebut: Forider). Asalinya Forider bertugas untuk mengawal rombongan
orang-orang penting, pejabat kenegaraan atau tamu penting dari negara sahabat.
Mengapa Forider sering dijumpai di jalanan meskipun tidak sedang dalam tugas
mengawal rombongan orang-orang penting?
Perlu pengakuan!
Fenomena Forider di jalanan adalah gambaran betapa
orang-orang di zaman ini ingin mendapatkan perlakuan-perlakuan istimewa. Dengan
membayar sejumlah uang ke oknum tertentu (Polisi tentunya) yang siap memberi
jasa Forider, rombongan iringan orang yang hendak menikah, iringan pengantar
jenazah, bahkan komunitas-komunitas motor (geng motor??) dinobatkan sebagai
orang-orang penting yang bisa “seenaknya” menggunakan jalan umum. Dengan
gampang mereka merugikan pengguna jalan lainnya. Kebutuhan yang hendak dicapai
oleh mereka adalah “diperlakukan layaknya orang penting”. Bukan di jalan saja
orang butuh perlakuan istimewa. Di pesta-pesta
misalnya, tamu-tamu berupaya menampilkan diri sebagai orang-orang
penting agar mendapatkan perlakuan lebih dibandingkan orang lain. Kebutuhan
untuk diakui nampak dalam seluruh aspek kehidupan bermasyarakat.
Very Important Person
Istilah VIP sudah menjadi popular di kalangan
masyarakat kita. Tamu VIP, pengunjung VIP, penumpang VIP, dlsb menjadi ungkapan
yang familiar. Dengan istilah itu, pribadi yang dimaksudkan mendapatkan
prioritas dalam pelayanan. VIP (yang disingkat dari a very important person) seharusnya merujuk pada pribadi yang
diistimewakan karena statusnya atau karena jabatannya yang berpengaruh untuk
khalayak banyak. Singkatnya, VIP berarti bukan orang kebanyakan.
Sindrom VIP
Sindrom VIP adalah keadaan yang mana si VIP mengupayakan
keputusan-keputusan istimewa atau “luar biasa” dan bersifat memaksa atau
menekan. Keadaan ini terlebih disebabkan karena faktor kekuasaan, terkenalnya,
dan kekayaan dari sang VIP. Sindrom VIP banyak merugikan terutama untuk mereka
yang tidak dikategorikan dalam kelompok VIP.
Dalam masyarakat kita saat ini, sindrom VIP telah
berevolusi menjadi sesuatu yang aneh karena seumumnya fenomena sindrom VIP
bukan dijumpai pada mereka yang berkuasa, terkenal dan kaya saja. Justru
sindrom ini banyak ditemukan pada “orang-orang biasa”. Kalaupun sindrom ini hanya
pada kelompok VIP, efek merugikan tidak seburuk seperti ketika sindrom itu
berlaku pada orang kebanyakan. Pembanding jumlah VIP dan bukan VIP bisa menjadi
acuannya. Mental masyarakat kita makin hari makin rusak karena sindrom ini.
Banyak sekali orang yang dirugikan karena ada banyak orang yang mempraktekkan
sindrom VIP.
Apa yang harus
dilakukan?
Memiliki mental VIP tidaklah salah. Dengan membangun
mental VIP seseorang mungkin akan dipermudah untuk merealisir diri menjadi VIP
yang sesungguhnya. Siapa yang tidak ingin menjadi VIP? Setiap orang tentunya
mau. Dengan previlegi-previlegi istimewanya, menjadi VIP adalah tantangan
terbesar orang di zaman ini. Namun menjadi salah ketika seseorang yang
sesungguhnya bukan VIP merasa diri sebagai VIP. Orang harus lebih menyadari
keadaan dirinya yang sesungguhnya sebab dengan merasa diri sebagai VIP - padahal
bukan, ia justru membawa dirinya kepada kemunduran. Pastinya bukan pengakuan yang akan diperoleh tetapi
cemooh bahkan makian. Orang akan dengan
gampang jatuh ke dalam kesombongan tak beralasan dan menerima pengucilan
dirinya sebagai konsekuensi.
Hal utama yang harus dilakukan adalah terus bekerja
dengan keras, membuat pencapaian-pencapaian fantastis, memaksimalkan
potensi-potensi diri, belajar dan terus belajar agar bisa mewujudkan diri
sebagai seorang VIP yang sesungguhnya. Dan jangan pernah terjerumus ke dalam
sindrom VIP kalaupun anda sudah menjadi seorang VIP yang sesungguhnya, apalagi
ketika anda belum menjadi seorang
VIP yang sesungguhnya!
tulisan menarik, era saat ini memang sepertinya banyak org yg terkena sindrom vip...jadi dampaknya banyak yang tak mau bekerja keras, tapi hidupnya ingin enak. mereka kesana-kemari selayaknya bos tapi dompet gak berisi. ingin merokok justru malah memalak. dampak negatif dari sindrom VIP. trimakasih tulisannya mencerahkan :)
BalasHapusblog sederhana saya maliamiruddin57.blogspot.com
Terima kasih... Salam kenal.
BalasHapus